Bangun Kesiangan dan Tidak Sahur

Di wajibkan berpuasa bagi setiap muslim yang mukallaf, mukallaf adalah seorang yang sudah baligh dan berakal dan disertai niat. Tidak diwajibkan berpuasa bagi yang tidak berakal, gila atau anak kecil. Wajib bepuasa yang suci dari haid, nifas, tidak sakit dan tidak berada dalam perjalanan.

Dalam kondisi lapar dan haus sebagian besar umat Islam harus melakukan kegiatan seperti biasa, harus bekerja, harus mencari rezek.Bagi anak-anak yang sudah bersekolah, mereka harus masuk sekolah meski dalam keadaan berpuasa.[1]

Pekerjaan seseorang yang berbeda-beda sehingga tingkat rasa lelahpun berbeda-beda. Seseorang yang merasa kelelahan akan berefek pada tubuh, terutama saat tertidur malam. Saat tubuh lelah biasanya akan berefek pada tidur yang pulas. Lalu bagaimana jika seseorang tidur dan tidak bangun untuk makan sahur, berikut penjelasanya.

Dasar Dalil

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ

Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau berkata, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun berkata, “Kalau begitu saya puasa saja sejak sekarang.” Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantapnya. (HR. Muslim no. 1154).

Imam Nawawi membawakan judul bab untuk hadits di atas menunjukan bahwa puasa tetap syah walaupun tidak sahur. Jika kedudukan puasa sunnah maka boleh memilih apakah akan puasa atau membatalkannya. Adapun puasa ramadhan selama sudah berniat, maka puasanya tetap syah, puasa romadhon hukumnya wajib sehingga jangan sampai ditinggalkan.[2]

Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah pernah ditanya: “Ada orang yang tertidur dan luput dari makan sahur di bulan Ramadhan, namun dia sudah berniat untuk makan sahur. Apakah puasanya tetap sah?”

Beliau menjawab puasanya tetap sah karena sahur bukanlah syarat sahnya puasa. Makan sahur hanyalah mustahab (dianjurkan atau sunnah). Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahurlah karena di dalama makan sahur terdapat keberkahan” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).[3]

Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan :

  1. Puasa Ramadhan hukumnya wajib, sehingga semaksimal mungkin umat muslim untuk menjalaninya.
  2. Pekerjaan seseorang berbeda-beda sehingga hukum fiqih tidak boleh disamakan dengan seseorang yang bekerja dengan shif normal
  3. Boleh berpuasa tanpa makan sahur, jika kedudukan puasa sunnah, maka boleh membatalkan atau melanjutkan puasa, sedangkan jika kedudukan puasa wajib, maka umat islam wajib melanjutkan puasa

 

Wallahua’lam

Referensi:

[1] Ainal Mardhiah, ‘Efektivitas Pelaksanaan Puasa Ramadhan Sambil Bersekolah Pada Siswa Sekolah Dasar Di Banda Aceh’, Jurnal Intelektualita Prodi MPI, 11 (2021), 2013–15.
[2] Imam An-Nawawi, ‘Manhaj Syarah Sahih Muslim Jilid 8’, 2013, 902.
[3] Syekh bin Baz, Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15/321.

***

Tentang Penulis
Judul asli artikel “KETIKA BANGUN KESIANGAN DAN TIDAK SAHUR” ditulis oleh Ustadz A Khaerul Mu’min, M.Pd. beliau juga Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Karir, Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang serta Penulis Karya Ilmiah
Bagi yang mau konsultasi keluarga, kesehatan dan karir hubungi :

Laki-laki : +62857-1513-1978
Perempuan : +62855-1777-251

UMIKA Media

Learn More →