UMIKA.ID, Buletin,- Di era digital dan serba cepat seperti saat ini, generasi muda yang dikenal sebagai Generasi Z atau Gen Z menghadapi tantangan besar yang belum pernah dialami generasi sebelumnya. Lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, Gen Z adalah generasi yang tumbuh di tengah gempuran teknologi informasi, media sosial, dan globalisasi budaya.
Namun ironisnya, di balik kelebihan Gen Z dalam mengakses informasi dan beradaptasi secara digital, mereka justru cenderung mengalami kerapuhan mental dan spiritual. Mereka lebih rentan mengalami kecemasan, depresi, krisis identitas, dan rasa hampa dalam hidup. Artikel ini membahas fenomena tersebut dalam perspektif Islam, serta menawarkan solusi berbasis nilai-nilai Qur’ani dan Sunnah.
Fenomena Gen Z yang Mudah Rapuh: Sebuah Kenyataan Global
Menurut data dari World Health Organization (WHO), satu dari tujuh remaja di dunia mengalami gangguan mental. Di Indonesia sendiri, berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas mencapai 6,1%. Generasi Z merupakan kelompok usia yang paling banyak terdampak.
Beberapa ciri kerapuhan Gen Z yang sering muncul adalah:
- Rentan terhadap tekanan sosial di media digital
- Merasa tidak berharga ketika tidak mendapat validasi (likes, views, followers)
- Cenderung menghindari kesulitan dan cepat menyerah
- Mengalami krisis identitas dan kehilangan arah hidup
Fenomena ini bukan hanya masalah psikologi, tetapi juga menyangkut spiritualitas dan makna hidup — wilayah yang sangat dijelaskan dalam Islam.
Akar Kerapuhan: Budaya Instan dan Krisis Makna
Gen Z lahir di zaman serba instan. Teknologi memanjakan mereka dengan kecepatan, kenyamanan, dan hiburan tanpa batas. Akibatnya, ketahanan menghadapi tekanan hidup berkurang, serta muncul krisis eksistensial.
Dalam Islam, manusia diingatkan bahwa hidup ini adalah ujian, bukan untuk bersenang-senang semata. Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menunjukkan bahwa penderitaan dan tantangan adalah bagian dari skenario hidup. Jika tidak dibekali dengan pemahaman spiritual yang kuat, generasi muda akan mudah runtuh.
Islam dan Solusi Kerapuhan Mental
Islam hadir tidak hanya sebagai agama ritual, tetapi juga sebagai sistem kehidupan yang memberikan kekuatan batin dan mental. Solusi atas krisis yang dialami Gen Z bisa ditemukan dalam nilai-nilai berikut:
1. Tauhid: Dasar Kekuatan Spiritual
Tauhid (mengesakan Allah) memberikan arah dan makna hidup yang kokoh. Seorang yang mentauhidkan Allah sadar bahwa hidupnya memiliki tujuan, yaitu beribadah dan mendekat kepada Sang Pencipta.
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dengan tauhid, seseorang tidak akan menggantungkan harga dirinya pada dunia atau manusia, melainkan hanya kepada Allah. Ini adalah pondasi yang memperkuat kepercayaan diri dan keteguhan hati.
2. Kesabaran dan Keteguhan Hati (Ṣabr)
Ketika hidup terasa berat, Islam tidak mengajarkan pelarian, tetapi kesabaran dan perjuangan. Nabi Muhammad ﷺ sendiri menjadi teladan dalam menghadapi tekanan, pengasingan, bahkan ancaman pembunuhan.
إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
Dalam konteks Gen Z, mereka harus belajar bahwa tidak semua hal bisa diperoleh secara instan. Ketangguhan dibentuk melalui ujian dan kesabaran.
3. Dzikir dan Doa: Terapi Jiwa Islami
Dzikir (mengingat Allah) dan doa bukan hanya ritual, tapi terapi jiwa yang menenangkan. Allah SWT berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Dalam kehidupan modern yang bising dan sibuk, dzikir adalah penyeimbang yang mampu mengobati kegelisahan, kegundahan, bahkan stres kronis.
4. Menjaga Lingkungan Sosial yang Positif
Gen Z sangat terpengaruh oleh lingkungan, khususnya dunia digital. Maka penting bagi mereka untuk berada dalam komunitas yang mendukung iman dan pertumbuhan pribadi.
ٱلْمَرْءُ عَلَىٰ دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنظُرْ أَحَدُكُم مَّن يُخَالِلُ
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman.”
(HR. Abu Dawud, no. 4833)
Media sosial harus diarahkan ke konten positif, edukatif, dan spiritual. Pergaulan offline juga harus mendukung nilai-nilai kebaikan dan saling menguatkan.
5. Keteladanan dan Pendidikan Berbasis Hati
Generasi Z membutuhkan figur yang bukan hanya mengajarkan, tetapi juga meneladankan. Pendidikan keluarga dan sekolah harus menumbuhkan nilai iman, bukan sekadar hafalan dan disiplin.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Orang tua, guru, dan tokoh agama harus menjadi panutan yang membumi, yang bisa diajak dialog oleh anak muda tanpa menghakimi.
Penutup: Menuju Generasi Rabbani
Generasi Z bukanlah generasi yang gagal. Mereka penuh potensi, daya cipta, dan kepekaan sosial yang tinggi. Namun mereka memerlukan bimbingan spiritual yang relevan, bukan sekadar doktrin tanpa ruh. Islam hadir sebagai cahaya penuntun untuk menyeimbangkan akal, hati, dan jiwa.
Mari kita bantu Gen Z untuk menemukan makna hidup sejati, agar dari generasi yang rapuh lahir generasi rabbani — generasi yang terhubung dengan Allah, kuat menghadapi hidup, dan siap membangun peradaban yang lebih baik.
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’”
(QS. Fussilat: 30)
Daftar Referensi:
- Al-Qur’anul Karim
- Hadis Shahih – HR. Ahmad, Abu Dawud
- World Health Organization (WHO), “Adolescent mental health”, 2021
- Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Kemenkes RI, 2018
- Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam
- Dr. Aidh Al-Qarni, La Tahzan
- Prof. Dr. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an